Jarang sekali orang yang masih berstatus siswa berminat untuk belajar tenis lapangan. Beda halnya dengan Muflih Wahid Hamid. Salah satu perwakilan Pangkep dalam Porda mendatang.
Menurutnya, olah raga ini merupakan ajang untuk gaul dan mempunyai peluang ke depannya. “Olahraga ini mempunyai pergaulan yang bagus, karena dalam olah raga ini banyak diminati oleh kaum pejabat,” tutur Muflih.
Sejak kelas 3 SD, remaja yang duduk di bangku XII IPA 3 ini menggelutinya. Maka tak ayal, prestasinya kini telah memanjang dalam sejarah hidupnya. Untuk itu, kemampuan dalam bermain tenis juga tidak diragukan lagi.
Peran terbesar dalam hidupnya hingga bisa berprestasi, menurut remaja yang mempunyai cita-cita seorang polisi ini, yakni orang tuanya. “Karena orang tualah saya bisa berprestasi. Pertama kali saya kenal dengan tenis lapangan dari orang tua juga. Beliau yang mengajarkan dan melatih saya sejak kelas 3 SD,” ungkap pria yang ingin belajar di Akpol ini.
Suka duka juga menjadi pengalaman yang tidak terlupakan dalam dirinya. “Susahnya perlengkapan dan peralatan untuk bermain sangat mahal. Karena raket untuk bertanding berbeda harganya, jauh lebih mahal,” ungkap pria kelahiran 14 November ini.
Dengan motivasi semangat hingga akhir, ia berharap bisa membawa nama Pangkep ke kanca nasional. Meskipun sibuk dengan latihan persiapan Porda, namun ia mengaku tidak sulit untuk memadukannya dengan dunia sekolah. “Harus bisa memanajemen waktu, karena itu konsekuensi bagi atlit yang masih belajar,” tutur pria yang lahir di Pangkajene ini. (JFR)
Visi tanpa eksekusi adalah lamunan. Eksekusi tanpa visi adalah mimpi buruk. Vision without execution is a daydream. Execution without vision is a nightmare. ~ Japanese Proverb
Rabu, 10 November 2010
Orang Tua Pelatih Utama
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar