Jumat, 16 Juli 2010

Memuji dan Dipuji

Salah satu fenomena kehidupan sehari hari adalah pujian. Pujian bisa diklasifikasikan dalam tiga bentuk. Pujian untuk menjilat, pujian basa basi dan pujian mengekspresikan kekaguman.
Pujian secara sehat dan proporsional, semestinya memotivasi kita untuk meningkatkan diri. Kenyataannya pujian justru membuat kita lupa daratan. Semakin sering pujian, semakin potensi kita menjadi terlena, besar kepala dan hilang kendalidiri. “Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui siapa orang yang bertaqwa. (QS An Najm 32)
Rasulullah Saw memberikan tiga kiat menyikapi pujian secara sehat.

Pertama mawas diri supaya tidak terbuai pujian orang. Rasulullah selalu berdoa atas pujian orang kepadanya. “Ya Allah, janganlah Engkau hukum aku karena apa yang dikatakan oleh orang orang itu.” (HR Bukhari). Pujian berpotensi menjerumuskan. Ibarat mengupas nangka, kita yang kena getahnya.
Kedua, menyadari hakekat pujian sebagai topeng dari sisi gelap yang tak diketahui oleh orang lain. Ketika seseorang memuji, itu karena faktor ketidak tahuannya akan belang serta sisi gelap kita. Rasulullah Saw berdoa, “Dan ampunilah aku dari apa yang tidak mereka ketahui (dari diriku)” (HR Bukhari)
Ketiga, Kalau sisi baik tentang kita itu benar adanya, Rasulullah saw mengajarkan agar memohon dijadikan lebih baik dari yang tampak dimata orang lain. “dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka kira.” HR Bukhari.

Bagaimana Rasulullah memuji?
Pertama, Nabi Saw tidak memuji langsung dihadapan orang itu, tetapi didepan orang lain dengan tujuan memotivasi. Suatu hari, seorang Badui yang baru masuk islam bertanya tentang Islam. Nabi saw menjawab bahwa islam adalah shalat lima waktu, puasa, dan zakat. Maka orang Badui itupun berjanji menjalaninya dengan konsisten.

Nabi memujinya setelah badui pergi. “sungguh beruntung kalau ia benar benar melakukan janjinya tadi. Barang siapa yang ingin melihat penghuni surga, maka lihatlah orang Badui tadi.” (HR Bukhari Muslim)
Kedua, Nabi saw lebih sering melontarkan pujian dengan berdoa. Nabi memuji Ibnu Abbas atas minat dan ketekunannya mendalami tafsir Al-Quran. “Ya Allah, jadikanlah dia ahli dalam ilmu agama dan ajarilah dia ilmu tafsir (Al Quran) (HR Al Hakim)

Begitu pula saat Nabi saw melihat ketekunan Abi Hurairah mengumpulkan Hadist dan menghafalkannya. Beliau mendoakan agar ia dikarunia kemampuan tidak lupa atas hafalannya. Allah Swt mengabulkan dan Abu Huraitah menjadi sahabat yang paling banyak meriwayatkan Hadist
Pujian orang kepada kita, bisa merusak kepribadian dan membunuh karakter tanpa disadari. Ketika seorang sahabat memuji sahabat lain secara langsung, Nabi Saw menegurnya, “Kamu telah memenggal leher temanmu.” (HR. Bukhari Muslim).
Untuk itu, sudah benarkan pujian yang kita berikan untuk orang lain?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar