Tok… tok… tok… bunyi pintu di ketuk. “Masih jam 7”, kataku dalam hati. selimutku kuangkat kembali menyelimuti seluruh tubuh. Kicauan burung bernyanyi riang menyambut pagi. Mataku masih sembab di sekelilingnya. Hatiku belum siap menerima kepergian bunda tercinta menghadap Ilahi. Tetesan air mata mengalir mengenang kenangan bersamanya. Aku masih ingat, saat Bunda mengajariku naik sepeda. Wajah ikhlas terpancar menemani diriku di saat aku terjatuh.“Sayang, bangun!. Kamu harus sekolah. Ayah tidak ingin kamu menangis terus”, kata Ayahku membujuk.Derai air mataku semakin menjadi-jadi. Bunda yang kucintai telah meninggalkanku untuk selamanya. Tidak ada lagi yang menemaniku tidur. Tidak ada lagi yang memarahiku di saat aku salah. Semua telah menjadi kenangan di dalam hati.“Tania, Bunda selalu ada di sini bersama kita. Dia tidak ingin melihat anaknya menangisi kepergiannya. Dia ingin kamu bisa bahagia”, kata Ayah mengetuk pintu.“Yah, Tania belum mau sekolah. Biarkan Tania sendiri”.“Tapi sayang, kamu sudah lima hari tidak sekolah. Kamu akan ketinggalan pelajaran dan prestasi kamu akan menurun sayang. Bunda kamu pasti tidak mau melihat kamu begitu”.Angin pagi bertiup menusuk bulu tanganku. Rasa kehilangan belum sirna di hati. Dengan wajah sayu, aku menuju ke kamar mandi. Kubasahi tubuhku dengan air agar rasa kesedihan hilang. “Maaf Yah atas kelakuan Tania”, kataku sembari duduk di Meja makan.“Kamu sudah baikan sayang”.“Belum Yah”.“Ayah tahu perasaan kamu. Ayah juga merasa kehilangan atas kepergian Bunda kamu. Tapi ketahuilah anakku, Bunda akan selalu berada di sekeliling kita”, katanya memelukku.Cuma ayah yang kumiliki sekarang. Dia yang selalu menemaniku di saat kesepian melanda. “Tuhan, aku mohon jangan ambil orang yang aku sayangi lagi”, kataku dalam hati.***“Yah, Tania pergi ke sekolah dulu ya”, kataku sembari memasukkan sepotong roti ke dalam mulut.“Hati-hati sayang!”. Lima bulan sudah Bunda tersayangku pergi. Aku sudah bisa menerima segala yang terjadi pada Bundaku. Bunda pasti akan selalu menjaga diriku karena aku menyadari kehadiran di setiap kesepian. Ayah juga selalu di sisi menemaniku. Dia sebisa mungkin menemaniku walaupun terlihat sangat capek.“Tan, nanti kita ke makam Bunda ya”, ajak ayahku“Ya Yah. Tania sudah kangen dengan Bunda”.“Ayah juga”.Tanah kuburan sudah mulai mengering. Tiupan angin memainkan anginnya di sela doa-doaku. Ayat-ayat surat Yasin yang kubacakan seakan mengerti kesedian yang selalu kualami setiap mengunjungungi. Butiran air mata jatuh membasahi setiap tulisan ayat-ayat surat yasin. Kehadiran Bunda terasa di dalam hatiku. “Tania, ayo kita pulang. Awan sudah mendung dan sebentar lagi akan turun hujan”, katanya mengajakAku hapus air mata yang masih mengalir. Kerinduan yang mendalam sedikit menghilang. Langkah kakiku melebar bagaikan selebar hatiku melepaskan kepergiannya. “Sayang, malam nanti kamu ada acara. Ayah mau menemukan kamu dengan seseorang”.“Ehm,,, seperti tidak ada Yah”, jawabku sembari membuka pintu mobil.“Tania, kamu harus siap-siap sebelum jam 8 malam ya”, ujar ayahku lagi.Aku mengangguk kecil tanda setuju. Tidak terasa hujan turun membasahi mobil. Bulu kuduk berdiri menusuk sore itu. Pakaian tebal tidak bisa menutupi rasa dingin yang melanda tubuhku. ***Suara azhan Isya berdendang menyambut senja mentari. Di segala sujudku, aku memohon ampunan. Sejuta harapan bertabur di celah-celah hati yang sedih.Aku sudah bersiap-siap menantikan kedatangan tamu yang istimewa bagi ayahku. Baju lengan panjang berwarna hijua dan celana jeans telah aku kenakan sejak selesai sholat Isya tadi. “Ayah, siapa yang mau datang ke rumah kita?”, tanyaku.“Maafkan Ayah Tania”, jawabnya.“Maaf karena apa Yah?”Ayah tidak menjawab perkataanku. Dia duduk di ruang tamu sembari memandang pintu. Aku duduk di samping tanpa berbicara sepatah katapun. Tok…tok…tok… bunyi pintu di ketuk. Ayah membuka pintu dengan tergesa-gesa. Seorang perempuan berumur sebaya dengan ayahku berdiri di depan pintu. Mereka terlihat sangat akrab. Aku sedikit risih melihat keakraban mereka. Wajahnya masih terlihat muda dan belum nampak kerutan.“Hai, Tania”, sapanya.“Ehm… hai juga”, kataku gelagapan.“Sayang, kamu pasti lupa dengan tante Linda. Dia adik mama kamu”, kata ayah memperkenalkan.Keningku berkerut mengingat kenangan masa kecil. Ingatanku mulai mengenali wajah yang tidak asing bagiku lagi. Sesosok wanita yang ramah dengan senyum menawannya menemaniku bermain. Dia terlihat ceria bersamaku meskipun aku membuatnya jengkel.“Oh… Tania ingat Yah. Tante selalu berkunjung ke rumah kita setiap bulan Ramdhan datang”.“Ya, kamu benar Tania.“Silahkan masuk tante”, ajakku.Di gandengnya tanganku menuju meja makan yang telah di siapkan Bi Minah. Hidangan malam ini sungguh enak dan lezat tidak seperti hari biasanya. Air liurku seperti turun meminta sesuatu masuk ke dalam mulut. Malam itu, kami makan bertiga layaknya sebuah keluarga yang utuh.Perut rasanya kenyang menyesakkan lambungku. Belum ada suara yang terdengar semenjak makan malam tadi. Mereka seperti menyembunyikan sesuatu dariku. Namun aku tidak mau tahu, karena aku belum mau berurusan dengan urusan orang dewasa.Malam semakin larut menyambut suara jangkrik menyanyikan lagunya. Di samping terbaring tante Linda yang tertidur nyenyak tapi terlihat ada beban yang di tanggungnya. Wajahnya mirip dengan Bunda yang sudah hidup kekal abadi di dunia yang tidak aku ketahui. Aku kembali mengingat masa-masa indah bersama Bunda dan Ayah yang selalu memanjaku. Tanpa terasa, aku tertidur sembari memimpikan semua kenangan yang aku miliki. ***Sudah satu bulan tante Linda berada di rumahku. Aku mulai terbiasa dengannya yang kuanggap seperti kakakku sendiri. Dia bisa mengerti aku yang selalu ada masalah kehidupan di masa remajaku ini. Dia mampu memberikan nasihat yang membuat aku termotivasi.“Pagi tante”, ujarku.“Pagi juga Tania. Kamu mau roti bakar”, katanya sembari menawari roti yang baru selesai di bakar.“Ehm… bolehlah Tante”.“Selamat pagi semuanya”, kata Ayahku mengucapkan selamat pagi.“Mas mau roti bakar”, kata tante Linda menawari.“Boleh”.Setiap hari selalu ada keceriaan yang datang di rumah sepi sejak kepergian Bunda. Namun aku mulai menyadari sedikit adanya perubahan di antara Ayah dan tante Linda. Mereka sering terlihat berbicara sesuatu di kala aku tidak bersama mereka. Wajah tante seperti menolak sesuatu di setiap pembicaraannya bersama Ayah. Aku tidak berani bertanya tentang apa yang di bicarakan mereka.Tiit…tiit… klason mobil berbunyi dari arah mobil yang begitu aku kenal. Ayah melambaikan tangannya kepadaku. Berlari-lari kecil, aku menuju ke tempatnya.“Ada pa Yah?”, tanyaku“Ayah hanya mau jemput kamu kok, emang tidak boleh ya jemput putri Ayah yang cantik ini”, godanya.Aku tersenyum dengan perkataanya. Sudah lama ayah tidak menjemputku ke sekolah karena biasa Pak Marwan yang selalu menjemputku. Arah mobilnya tidak menuju ke rumahku tapi ke sebuah rumah besar yang tidak aku kenal.Tante Linda sudah menunggu kedatangan kami. Dia memakai pakaian yang sangat indah dan menawan. Aku terpana akan kecantikan tante Linda yang mempesona.“Ayo Tania, masuk ke rumah”, ajaknya.Tanpa berkata apa-apa, aku mengikuti tante Linda dari belakang. Di setiap dinding, banyak fotoku sejak kecil terpasang. Ayah dengan tidak segan-segan duduk di sofa ruang keluarga. Wajahnya terlihat serius terpancar dari mata kecoklatannya.“Tania, ada yang mau Ayah dan tante Linda katakan”, kata Ayahku membuka pembicaraan.“Apa itu Yah”.“Sebenarnya Ayah dan tante Linda akan…”, katanya terputus.“Akan apa Yah”, tanyaku.“Tania, tante mohon kamu jangan marah ya”.“Sebenarnya Ayah dan tante Linda akan menikah”, kata Ayah mengagetkanku. Aku terkejut. Wajahku merah padam menahan nafas yang terhenti mendengar kata-kata itu yang keluar dari mulut Ayahku.“Apa? Ayah jahat. Sebegitu cepatkah Ayah melupakan Bunda”, kataku sembari berlari keluar rumah. Pikiranku kacau balau bagai di terpa badai. Air mataku mengalir tiada hentinya. Aku tidak tahu mengapa Ayah terlalu cepat melupakan Bunda dan mengantikan posisinya. Aku tidak bisa berpikir jernih. Malam itu, hari yang paling sedih yang pernah aku alami. Dua hari telah berlalu semenjak kejadian malam itu. Aku tidak pernah berbicara dengan Ayah maupun dengan tante Linda. Aku menganggap mereka itu tidak pernah ada di kehidupanku. Bi Minahlah yang selalu menemaniku dan menjadi tempat aku menangis. ***Deras air hujan membangunkan tidurku yang lelap. “Masih jam 10”, kataku dalam hati. kerongkonganku terasa haus. Aku beranjak dari tempat tidur menuju dapur. Di pojok ruang tamu, kulihat meja kerja Ayahku kosong. Ayah tidak di sana yang biasanya selalu berkerja larut malam. Aku duduki tempat yang selalu Ayah duduk di saat ia mengerjakan tugasnya. Kertas-kertas yang tidak aku mengerti berserakan memenuhi seisi meja. Mataku berhenti ke secarik surat berwarna biru. Tidak ada nama pengirim yang tertera di sana hanya ada namaku yang di tujukan. Perlahan-lahan, aku mulai membuka secarik surat itu.Untuk Anakku tersayang, TaniaSayang, saat kamu menerima surat ini mungkin Bunda sudah pergi jauh ke tempat yang mempertemukan kita di keabadian nanti. Banyak kesalahan yang sudah Bunda perbuat kepada Ayah kamu dan tante Linda. Ini bukan salah mereka, tapi semua ini karena keegoisan Bunda.Tania, Bunda bukan ibu kandungmu. Bunda yang memaksa Ayahmu untuk menikah dengan tante Linda agar kami mempunyai keturunan dengan syarat, anak dari pernikahan tersebut harus menjadi anak angkat kami tanpa di ketahui orang lain. Setelah kamu lahir, Ayahmu menceraikan tante Linda karena Ayah tidak ingin membuat Bunda sakit hati. Tania, tante Linda tidak salah apa-apa. Bundalah yang salah yang menginginkan sesuatu yang tidak bisa Bunda capai. Namun ketahuilah Tania, Bunda tidak pernah menyesal melakukan ini karena Bunda sayang kamu, Ayah kamu, dan tante Linda. Sebelum Bunda meninggalkan kalian, Bunda bertemu dengan tante Linda. Bunda meminta tante Linda untuk menikah lagi dengan Ayah kamu sebagai penembus dosa Bunda. Bunda ingin Tania, Ayah, dan tante Linda bisa selalu bersama karena itulah yang terbaik. Yang tersayang, Bunda Air mataku menetes mengalir di pipiku. Ayah dan tante Linda berdiri di depan pintu sembari memandangku. Isakanku semakin kuat, menahan kesedihan, keharuan, dan kebahagian yang menjadi satu. Aku berlari di dekat mereka dan memeluk erat. Kehangatan yang kurasakan di sekujur tubuhku. Aku yakin, inilah yang Bunda mau karena aku merasakan keberadaanya. Tiupan angin malam itu, menenang hatiku yang galau, memudarkan segala kesalahpahaman yang terjadi. Terima kasih, Bunda. Aku selalu mencintaimu. Selengkapnya...
Visi tanpa eksekusi adalah lamunan. Eksekusi tanpa visi adalah mimpi buruk. Vision without execution is a daydream. Execution without vision is a nightmare. ~ Japanese Proverb

Kamis, 17 Juni 2010
Selasa, 15 Juni 2010
5 Prinsip Mengikis Kenegatifan
Kikis sebelum membesar, Cegah sebelum datang
Sulit, tapi harus dilakukan. Kenapa? Karena bila tidak, kesulitannya akan makin besar. Dan itu jelas membuat kita makin kecil saja di hadapan kenegatifan itu. Maka akan datang saatnya ketika potensi kebaikan kita sekarat. Maka di saat ini, kenekatan pun terjadi. Kita nekat untuk benar-benar berniat jadi negatif. Bila ini terjadi, perbedaan kita dengan iblis pun setipis hembusan nafas.
Sebelum itu terjadi, mengikis kenegatifan menjadi penting untuk dilakuan terus menerus. Maka lakukan langkah-langkah yang tepat dengan takaran yang cukup. Maka kenegatifan yang membelenggu kita seperti : malas, menunda, berbohong, merokok, berjudi, minuman keras, mencandu pornografi, narkotika, kemarahan, kesedihan berlebihan, kesombongan, korupsi, dan sebagainya akan terkikis.
Saya memilih lima langkah dalam hal ini:
1. Niat Teguh
Segala sesuatu dimulai dari niat bukan? Dan segala tindakan letak nilainya ada pada niatnya. Maka niatkanlah untuk terus mengikis kenegatifan diri. Saya buat rumus niat teguh sebagai berikut : Niat Teguh = Keinginan * Kesiapan untuk Belajar * Kesiapan hadapi masalah apapun.
Rumus niat teguh ini terdiri dari tiga hal tersebut. Dan dihubungkan dengan tanda perkalian, bukan penambahan. Maksudnya ketiga hal itu harus ada. Bila salah satu tak ada (nilainya nol), karena rumusnya dikali, maka nilai niatnya otomatis nol juga.
2. Keputusan Detail dan Jelas
Niat harus ditingkatkan jadi keputusan detail dan jelas. Tanpa ini, niat akan mengambang. Keputusan detail ini diantaranya:
· Kenegatifan apa yang akan dikikis?
· Akan lakukan perubahan drastis (sekaligus berubah) atau gradual (bertahap)?
· Daftar tindakan detail dan jelas.
· Orang-orang negatif mana yang akan kita tinggalkan?
· Situasi negatif mana yang menunjang terjadinya kenegatifan diri kita?
· Peralatan penunjang kenegatifan mana yang akan kita buang?
· Kapan semua hal itu akan dilakukan?
3. Melepas Kenikmatan Sekunder
Kenapa kita melakukan hal-hal negatif sampai hal-hal itu jadi kebiasaan? Karena kita merasakan adanya kenikmatan. Itulah kenikmatan sekunder. Secara primer kita tahu itu salah dan negatif. Tapi tindakan itu juga berikan kenikmatan. Nah, karena kenikmatan ini lah maka kita melakukannya. Maka sadari bahwa kenikmatan itu sekunder saja sifatnya. Artinya, ada kenikmatan primernya. Merokok itu nikmat. Bila niat telah teguh untuk berhenti merokok, maka mulailah tidak menginginkan kenikmatan sekundernya. Inginkan kenikmatan primer berhenti merokok. Rasakan kenikmatan ketika anda berhasil tak tergoda untuk merokok. Wuah, itu nikmat sekali lho… Kenikmatan yang berasal dari rasa kuasa atas diri anda sendiri.
4. Melakukan hal-hal positif
Tidak melakukan hal-hal negatif tidak cukup. Biasanya tidak tahan lama. Maka anda perlu lakukan hal-hal positif. Untuk menggantikan kekosongan yang ditinggalkan oleh hal-hal negatif. Beberapa waktu lalu, saya terlalu banyak nonton TV. Untuk mengikisnya, saya lakukan langkah-langkahnya. Saya berniat teguh. Saya buat keputusan detail dan jelas. Saya benci kenikmatan sekundernya. Dan saya gantikan waktu nonton TV untuk lakukan hal-hal positif. Main sepeda. Membaca. Tulis buku. Main sama anak-anak. Dan sebagainya.
Ini berkaitan dengan syaraf di otak kita. Sebuah pemutusan hubungan antara sel-sel syaraf akan permanen bila dibentuk hubungan baru. Perselingkuhan akan benar-benar berakhir, bila selingkuh itu diakhiri dan dibangun hubungan sehat dan penuh cinta dengan pasangan (suami/istri) sah kita. Bila hanya memutus perselingkuhan tanpa membangun hubungan sehat dan penuh cinta, maka akan terbentuk lagi hubungan selingkuh lagi. Apakah dengan selingkuhan yang lama atau dengan yang baru.
5. Lakukan hal-hal Produktif
Langkah ini penting agar perubahan dan kebaikan kita konsisten. Produktif beda dengan positif. Produktif pasti positif. Tapi positif belum tentu produktif. Tiap pagi saya antar anak-anak ke sekolah. Itu positif. Tapi tak produktif. Buat catatan di facebook positif. Produktifkah? Pasti. Maka prinsip ke lima ini penting. Kemajuan berasal dari kegiatan produktif. Tapi kegiatan produktif tak bisa kita lakukan bila kegiatan positifnya keteteran.
Semoga bermanfaat ya temans…
Mohon para pemimpin kita didoakan.
Agar membuat kebijakan yang positif dan produktif untuk rakyat miskin.
Minggu, 13 Juni 2010
SAYA BELAJAR
Saya belajar,
bahwa saya tidak dapat memaksa orang lain
mencintai saya.
saya hanya dapat melakukan sesuatu untuk orang
yang saya cintai..
Saya belajar,
bahwa butuh waktu bertahun-tahun
untuk membangun kepercayaan dan hanya
beberapa detik saja untuk menghancurkannya....
Saya belajar,
bahwa sahabat terbaik bersama saya
dapat melakukan banyak hal dan kami selalu
memiliki waktu
terbaik...
Saya belajar,
bahwa orang yang saya kira
adalah orang yang jahat,
justru adalah orang yang membangkitkan
semangat hidup saya kembali serta
orang yang begitu perhatian pada saya...
Saya belajar,
bahwa persahabatan sejati senantiasa bertumbuh
walau dipisahkan oleh jarak yang jauh,
Beberapa diantaranya melahirkan cinta sejati....
Saya belajar,
bahwa jika seseorang tidak menunjukkan perhatian
seperti yang saya inginkan,
bukan berarti bahwa dia tidak mencintai saya....
Saya belajar,
bahwa sebaik-baiknya pasangan itu,
mereka pasti pernah melukai perasaan saya....
dan untuk itu saya harus memaafkannya...
Saya belajar,
bahwa saya harus belajar mengampuni diri sendiri
dan orang lain...
kalau tidak mau dikuasai perasaan bersalah
terus-menerus...
Saya belajar,
bahwa lingkungan dapat mempengaruhi pribadi saya,
tapi saya harus bertanggung jawab untuk apa yang
saya telah lakukan..
Saya belajar
bahwa dua manusia dapat melihat sebuah benda,
tapi kadang dari sudut pandang yang berbeda...
Saya belajar,
bahwa tidaklah penting apa yang saya miliki
tapi yang penting adalah siapa saya ini sebenarnya...
Saya belajar,
bahwa tidak ada yang instant atau serba cepat di
dunia ini,
semua butuh proses dan pertumbuhan,
kecuali saya ingin sakit hati...
Saya belajar
bahwa saya harus memilih
apakah menguasai sikap dan emosi atau sikap dan
emosi itu yang
menguasi diri saya...
Saya belajar,
bahwa saya punya hak untuk marah, tetapi itu bukan
berarti
saya harus benci dan berlaku bengis....
Saya belajar,
bahwa kata-kata manis tanpa tindakan adalah saat
perpisahan dengan
orang yang saya cintai...
Saya belajar,
bahwa orang-orang yang saya kasihi justru sering
diambil segera
dari kehidupan saya...
Saya belajar,
bahwa saya harus belajar dari kesalahan yang
pernah saya lakukan dan hidup untuk masa depan,
bukan terus-menerus melihat ke masa lampau..
Saya belajar,
bahwa cinta itu memberi dan mengerti tanpa harus
diberi dan dimengerti..
Saya belajar,
bahwa apa yang kita inginkan tidak selalu sesuai
dengan apa yang kita butuhkan, dan kita harus
berlapang dada menerimanya..
Saya belajar,
bahwa keluarga saya adalah harta terbesar yang
saya punya..
Saya belajar,
bahwa saya harus tidak boleh berhenti tuk belajar...
Selengkapnya...
Sabtu, 12 Juni 2010
●●KETIKA JIWA-JIWA DAN MALAIKAT MENANGIS●●
"Dalam memahami firman Allah, Abu Bakar al-Shiddiq berkata, "Yang dimaksud dengan al-barru adalah lisan sedangkan yang dimaksud dengan al-bahru adalah kalbu. Jiwa-jiwa akan menangis jika lisan seseorang rusak dan Malaikat akan menangis jika kalbu seseorang rusak " (Abu Bakar al-Shiddiq Ra)
‘Umar RA berkata, “Sesuatu yang paling aku khawatirkan dari kalian adalah Munafiq ‘Alim (yang berpengetahuan).” Lalu ada yang bertanya, “Bagaimana mungkin, seorang munafik memiliki sifat ‘alim.?” Ia menjawab, “Ia berbicara dengan penuh hikmah namun melakukan kezhaliman atau kemungkaran.”
Pada umumnya, apa yang keluar dari tubuh manusia adalah sesuatu yang berbau tidak sedap. Mulai dari bau keringat, bau mulut, hingga bau yang satu itu. Hanya beberapa organ tertentu saja yang masih memungkinkan mengeluarkan keharuman. Lisan dengan kata-katanya yang indah, bermakna, dan menyejukkan, akal dengan gagasan-gagasannya yang baik dan bermanfaat, atau hati (qalb dalam bahasa Arab) seseorang dengan niat tulusnya yang melahirkan amal-amal shalih. Apabila lisan, akal, dan hati seseorang tidak bisa mengeluarkan yang baik, maka dapat dipastikan seluruh tubuhnya hanya akan memproduksi bau busuk.
Kenyataannya, apa yang keluar dari akal, lisan, dan hati manusia memiliki implikasi yang sangat luas terhadap dirinya dan orang lain. Rasulullah Saw melukiskan lisan dan hati sebagai kekayaan yang sangat berharga. ”Abdu bin Humaid menceriterakan ketika ayaat 34 surat al-Taubbah (”dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak”) turun kami sedang dalam suatu perjalanan. Kemudian beberapa orang sahabat berkata, ”Ayat tersebut turun berkenaan dengan emas dan perak. Seandainya kami tahu harta yang paling baik, tentu kami akan menyimpannya.” Rasulullah Saw kemudian bersabda, ”Harta yang paling baik adalah lisan yang selalu berdzikir, hati yang selalu bersyukur, dan isteri yang beriman yang membantu suaminya dalam merealisasikan keimanannya” (HR, al-Tirmidzi).
Tentu saja kenyataan itu harus benar-benar disadari oleh setiap insan. Agaknya ungkapan Sayyidina Abu Bakar tersebut merefleksikan orang yang memiliki kesadaran tinggi tentang implikasi gerak dua komponen diri manusia tersebut (lisan dan hati).
Tak dapat dipungkiri, lidah adalah karunia Allah yang sangat berarti bagi kehidupan manusia. Siapa pun pasti akan mengalami kesukaran untuk berkomunikasi dan menyampaikan gagasan-gagasan, bahkan keinginannya, kepada orang lain, tanpa melalui lisan. Barangkali lisan termasuk organ tubuh paling utama yang sering beraktivitas dalam keseharian kita. Bahkan dalam banyak hal, apa yang meluncur dari lisan menjadi ukuran kualitas seseorang. “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah ridhai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu, ternyata dengan kata tersebut Allah mengangkatnya beberapa derajat. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah murkai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu ternyata karenanya Allah melemparkannya ke dalam neraka Jahannam.” (HR, Bukhari).
Dari lisan meluncur apa yang disebut ”kata”. Di sini penstrukturan tanda atau bunyi menyimpan makna yang sangat penting dalam proses komunikasi. Dengan ”kata”, sebuah tanda atau artikulasi diri dapat dipahami oleh orang lain. Tanpa ”kata” yang meluncur dari lisan nyaris seseorang tidak dapat merealisasikan keinginan-keinginannya yang paling fundamental sekalipun yang karenanya ia akan teralienasi dari lingkungan otentiknya. Oleh sebab itu posisi lisan dalam aktivitas kemanusiaan memiliki nilai sangat strategis.
Nilai strategis lisan dalam kehidupan manusia tampak pada ungkapan Rasulullah Saw ketika beliau menjawab pertanyaan Uqbah bin Amir. Dalam satu riwayat Uqbah berkata, ”Aku bertanya kepada Nabi Muhammad Saw, ”Wahai Rasulullah Saw, apakah jalan keselamatan? Beliau menjawab, ”Tahanlah lidahmu, perluaslah rumahmu, dan tangisilah kesalahanmu.” (HR, al-Tirmidzi).
”Kata” yang meluncur dari lisan seseorang, implikasi dan pengaruhnya bisa melebihi kapasitas dirinya dan zamannya. Akan menggema dan dapat memantul di semua benua. Banyak ungkapan yang lahir dari lisan seseorang memiliki nilai abadi.
Pada kenyataannya, sebuah keyakinan, gagasan, atau doktrin hanya dapat dipahami melalui rangkaian kata-kata yang pada mulanya meluncur dari lisan. Bahkan sebuah arketip atau pola yang diteladani dapat dipahami oleh manusia pada awalnya melalui kata-kata. Oleh sebab itu nilai strategis lisan dalam kehidupan manusia tak dapat diingkari oleh siapa pun. Dalam sebuah hadits dikatakan, ”Tiada satu pun dari jasad manusia melainkan akan mengadukan lidah kepada Allah Swt atas ketajamannya.” (HR, Abu Dunia).
Aktivitas lisan bisa berefek ganda dan luar biasa pengaruhnya terhadap tata hubungan manusia. Terkadang ia dapat meluncurkan sejumlah kebaikan dan kemanfaatan yang luas bagi siapa yang menjaganya dengan baik dan mempergunakannya sebagaimana diharapkan syari'at. Sebaliknya, lisan juga dapat meluncurkan sejumlah kejelekan yang membahayakan dirinya dan orang lain bagi siapa yang menggunakannya secara sembarangan. “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kata yang ia tidak memerhatikannya, tidak memikirkan kejelekannya dan tidak khawatir akan akibat/dampaknya, ternyata karenanya ia dilemparkan ke dalam neraka lebih jauh dari apa-apa yang ada di antara masyriq/timur.” (HR, Bukhari)
Bahaya lisan yang tidak dikendalikan oleh norma dan tuntunan syari'at bisa menyeret seseorang ke jurang kebinasaan. Untuk itu Rasulullah Saw menasehati agar menjaga lidah dengan baik. Ia menganjurkan untuk bisa diam ketika tidak bisa bicara baik. "Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhirat maka berkatalah yang baik, atau (jika tidak), diamlah ". (HR. Bukhari dan Muslim).
Oleh sebab ketajaman lidah mengalahkan ketajaman pedang yang mampu menebas leher siapa pun, maka dimensi daya hancurnya kepada kehidupan sangat luas. Rasulullah Saw bersabda:"Tidak ada satupun jasad manusia, kecuali pasti kelak akan mengadukan lidah kepada Allah atas ketajamannya".(HR, Ibnu Abi Dunya). Bahkan dosa bisa membiak dari lisan. "Sesungguhnya kebanyakan dosa anak Adam berada pada lidahnya" (HR. Al- Thabrani, Ibnu Abi Dunya, dan Al Baihaqi).
Atas dasar itu kita dapat memahami nilai keutamaan menjaga lidah yang diajarkan oleh Islam. Imam Ghazali dalam Ihya' Ulumiddin mengatakan, "Ketahuilah bahwa lidah bahayanya sangat besar, sedikit orang yang selamat darinya, kecuali dengan banyak diam ". Luqman al-Hakim berkata: "Diam itu adalah kebijakan, namun sedikit sekali orang yang melakukannya". Rasulullah Saw bersabda, "Simpanlah lidahmu kecuali untuk kebaikan, karena dengan demikian kamu dapat mengalahkan syaitan " (HR, al-Thabarani dan Ibnu Hibban).
Ketika lisan mengalami kerusakan, maka akibat pastinya adalah meluncurnya produk lisan yang membahayakan orisinalitas jiwa manusia. Baik jiwa orang yang mengeluarkannya atau pun jiwa yang menangkapnya. Selanjutnya, kesadaran azali kita, seperti ketika kita di tanya oleh Sang Pencipta di alam azali, “Apakah aku Rabb kalian?” dan kita menjawab, “Benar”, akan menjadi rusak pula karena diperkosa oleh berbagai produk lisan yang menggencetnya. Akibatnya jiwa pun menangis karenanya. Sebab jiwa pada dasarnya/secara orisinil senantiasa cenderung mencari ketenangan, rasa nyaman dan kepuasan.
Kecenderungan itu akan menuntut pencarian pada segala sesuatu di luar dirinya yang mampu menjaga dan berkesesuaian dengan orisinalitas jiwa. Oleh karena itu, jiwa-jiwa pun akan menjerit bila dibombardir oleh produk lisan yang buruk sebab hal itu sangat bertentangan dengan kecenderungannya. Jika interaksi jiwa dengan produk lisan yang buruk berlangsung secara terus menerus, maka orisinalitas jiwa akan tergerus sedikit demi sedikit yang pada akhirnya akan melahirkan insensifitas yang mengancam keselamatannya. Lebih parah jika sampai pada tingkat kesadaran azalinya terbenam oleh ingar-bingar produk lisan.
Selain lisan, hati adalah komponen penting lain, yang posisinya sangat menentukan perjalanan hidup manusia. Lathifah rabbaniyyah, yang amat halus dan lembut; yang tidak kesatmata, tak berupa, dan tak dapat diraba; yang bersifat Rabbani dan ruhani ini, pada hakikatnya merupakan inti manusia. Dalam bahasa Arab, makna literal qalb adalah ”berbalik” atau ”berputar balik”. Allah-lah yang membulak-balikkan hati manusia. Dalam sebuah doa dikatakan ”ya muqallibal qulub, tsabbit qalbi ’ala dinik.”
Hati laksana sebuah radar yang terus-menerus berputar dan mengamati secara sepintas. Ia selalu mencari yang suci. Hati adalah cermin yang dapat memantulkan cahaya Ilahiah. Imam Ghazali mengatakan, ”Wahai teman! Hatimu adalah cermin yang mengkilap. Kau harus membersihkan debu yang mengotorinya, karena hati ditakdirkan untuk memantulkan rahasia-rahasia Ilahi. Oleh karena itu hati merupakan potensi utama yang dianugerahkan kepada manusia. Oleh Allah Swt, hati diberi kemampuan untuk menyerap, menghayati, memahami, dan mengenal segala sesuatu yang diinderai dan dipercayainya demi kemajuan eksistensinya. Hati adalah medium kemajuan spiritualitas manusia.
Oleh karena itu kemajuan kemanusiaan tidak hanya ada pada otak semata, melainkan ada kekuatan lain yang lebih dahsyat dari kekuatan otak, akal, dan pikiran, yaitu kekuatan hati. Sebab, kekuatan ini bukan hanya mengantarkan manusia meraih sukses namun juga mampu mengantarkan pada kemuliaan hidup dan kemajuan psiritualnya yang menentukan kualitas dirinya. Dalam kajian sufi, hati dilukiskan sebagai raja yang mengatur dan memerintahkan otak, pikiran dan panca indra manusia.
Allah Swt mengajarkan kepada manusia agar selalu mendengarkan suara hati nuraninya dan karena itu kewajiban kita untuk memelihara kejernihannya. Sebab dengan kejernihan hati diharapkan sifat-sifat mulia yang tertanam di dalamnya dapat memancar ke prilaku lahiriah.
Sesungguhnya di dalam hati manusia sudah tertanam percikan sifat-sifat “Illahiah”, sifat-sifat maha mulia Allah Swt, telah bersemayam. Dapat dikatakan, semua yang hak, terindah, dan terbaik bersarang di dalamnya. Melalui pemeliharaan yang serius hati manusia bisa terang benderang, bercahaya dengan cahaya dari sifat-sifat-Nya Yang Maha Mulia, Yang Maha Agung, dan Maha sempurna. Medium pemeliharaaan yang paling efektif adalah dengan makrifat, yakni ilmu-ilmu yang berakar pada tauhid, mengesakan Allah Swt.
Selanjutnya dengan makrifat yang terus mekar di hati, cahaya kebesaran Allah, keindahan, dan keagunganNya akan terus memancar. Kesadaran batinnya tentang yang benar dan salah akan selalu hidup. Dengan cahaya itu ia dapat menagkap kemahamuliaan Allah Swt, mengambil dan mengamalkan segala kehendak-Nya, dan melakukan segala sesuatu yang membawa manfaat, serta menjauhi sejauh-jauhnya segala yang membawa madarat. Memang hati menjadi pusat kebaikan, ketenangan, kedamaian, kesehatan, dan kebahagiaan hakiki.
Hati yang jernih dan sehat melahirkan pikiran-pikiran yang jernih dan pada akhirnya melahirkan tindakan-tindakan mulia berdasarkan suara hati nurani yang bening. Socrates mengidentikkan suara hati dengan suara peringatan batin yang diaanggapnya berasal dari Allah. Filosof lain menyebutnya sebagai percikan ilahi yang mampu menyediakan pedoman dalam kehidupan.
Kejernihan hati dapat menjadikan manusia menjadi mampu berpikir positif, betindak bijak, cerdas, dan berbagai sifat-sifat mulia. Dengan hati yang jernih, kita dapat menjalani kehidupan dengan lebih
produktif untuk meraih kemuliaan hakiki. Sebab, seperti dikemukakan para pemikir, manusia yang suara hatinya jernih karena berada dalam wadah hati yang jernih merupakan fakultas akal yang mampu membedakan yang benar dan yang salah.
Akan tetapi hati tidak akan dapat dijernihkan dengan cahaya ilahiah jika ia teralingi oleh nafsu duniawi dan ternodai oleh maksiat. Kecerahannya ditentukan oleh ketulusannya dalam mempersembahkan dirinya kepada Allah yang merupakan tujuan awal bagi manusia dan kesaksian zalinya.
Ibnu ’Atha`illah dalam al-Hikam mengattakan, ”Bagaimana hati dapat bersinar sementara bayang-bayang dunia terlukis dalam cerminnya? Atau, bagaimana hati dapat berangkat menuju Allah sedangkan ia masih terbelenggu oleh syahwatnya? Atau, bagaimana hati akan antusias menghadap hadirat-Nya jika ia belum suci dari ”janabah” kelalaiannya? Atau, bagaimana hati mampu memahami kedalaman rahasia-rahasia sedangkan ia belum bertaubat dari kesalahannya?.
Lebih dari itu hati adalah kunci hubungan manusia dengan Tuhannya dikarenakan ia tempat bersemayamnya iman. Hati juga menjadi kunci hubungan dengan sesama manusia. Bahkan ia adalah sumber kesehatan fisik, kekuatan mental, dan kecerdasan emosional. Dalam kajian sufi hati menyimpan kecerdasan dan sekaligus kearifan yang terdalam bagi manusia. Ia adalah lokus makrifat, genosis, atau pengetahuan spiritual. Dalam sebuah riwayat Rasulullah Saw bersabda, ”Sesungguhnya hati seorang mukmin mampu memuat segala sesuatu yang tidaka dapat dimuat oleh langit dan bumi.”
Oleh sebab posisi hati adalah terminal yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, sesamanya, dan alam, maka kejernihan hati dapat menjadikan hubungan itu sehat, baik, dan konstruktif. Hubungan dengan Tuhannya akan penuh ketundukan dan kecintaan. Hubungan dengan sesamanya akan mengedepankan kasih sayang, kejujuran, kebersamaan dan saling menghormati sehingga menghadirkan kedamaian dan kebahagiaan. Hubungan dengan alam dan lingkungannya dengan etik yang menyebabkan tidak menimbulkan kerusakan.
Begitulah posisi strategis hati sangat menentukan kemanausiaan seseorang. Dalam sebuah hadits yang sangat masyhur Rasulullah Saw bersabda, "Ingatlah sesungguhnya pada jasad itu ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh jasad, dan apabila ia rusak maka rusak pulalah seluruh jasad. Ingatlah, ia adalah hati."
Oleh sebab itu jika hati rusak maka seluruh tata hubungan menjadi rusak pula yang menyebabkan malaikat pun menangis. Dalam kitab al-Tadzkirah fi Ahwal al-Maut wa Umur al-Akhirah, Imam al-Qurthubi mengutip sebuah riwayat dari Imam al-Zuhri, Wahab bin Munabbih, dan lain-lainnya. Dalam riwayat itu diceritakan bahwa ketika itu Allah mengutus malaikat Jibril untuk membawakan tanah kepada – Nya.
Ketika diambil oleh Jibril, tanah memohon perlindungan kepada Allah dari Jibril, sehingga Jibril tidak jadi membawanya. Hal yang sama juga terjadi pada Malaikat kedua yang diutus. Akan tetapi, tidak demikian halnya pada malaikat yang ketiga. Ia justru berhasil membawakan tanah kepada Allah swt. Lalu Allah bertanya kepadanya, ”Apakah tanah itu tidak memohon perlindungan kepada- Ku dari kamu ?” Malaikat menjawab, ”Ya”. Allah bertanya lagi, ” Kenapa kamu tidak merasa kasihan kepadanya, seperti kedua tanganmu?”. Malaikat menjawab, ”Aku lebih mengutamakan taat kepada Engkau dari pada mengasihaninya (tanah)”. Allah berfirman, ”Pergilah! Kamu adalah malaikat maut, yang aku beri kuasa untuk mencabut nyawa seluruh makhluk ”. Mendengar itu, malaikat menangis. Kemudian Allah bertanya lagi, ”Kenapa kamu menangis?” Malaikat pun menjawab : ” Ya Tuhan, dari tanah ini Engkau ciptakan para nabi dan makhluk pilihan lainnya. Dan, Engkau tidak menciptakan makhluk yang lebih mereka benci daripada kematian. Jika mereka mengenali aku, mereka pasti membenci dan mencaci maki aku”. Wallahu A’lam
Selengkapnya...
Jumat, 11 Juni 2010
Papa
Biasanya, bagi seorang anak yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan,yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya.. akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya. Lalu bagaimana dengan Papa? Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?
Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil.. Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu...
Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya" Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....Tapi sadarkah kamu? Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.
Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba. Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang" Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan smua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?
Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata : "Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!". Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.
Ketika kamu sudah beranjak remaja.... Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: " Tidak boleh!".
Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu? Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga.. Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu... Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah
Mama.... Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya, bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?
Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia.... :') Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu.. Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?
Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya. Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir...dan setelah perasaan khawatir itu berlarut-larut... ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. . Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang? "Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"
Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti... Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa
Ketika kamu menjadi gadis dewasa.... dan kamu harus pergi kuliah dikota lain... Papa harus melepasmu di bandara. Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu? Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. . Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat. Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang".
Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT...kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa. Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain. Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan... Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak.... Tidak bisa!" Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu". Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?
Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana. Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang" Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya. Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin.. Karena Papa tahu..... Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti. Dan akhirnya.... Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia....
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis? Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa.... Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: "Ya Tuhan tugasku telah selesai dengan baik.... Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik.... Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."
Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk...
Dengan rambut yang telah dan semakin memutih.... Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya.... Papa telah menyelesaikan tugasnya....
Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita... Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat... Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis... Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .
Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam segala hal..
Selengkapnya...
Mesra Desa
Bila terkenangkan desa
Rindu selalu melanda
Pada ayah dan bunda sanak dan saudara
Kampung halaman nun jauh di mata
Kini tiba ketikanya
Saat kembali ke desa
Indah suasana mesra sambutannya
Rasa gelora di dalam dada
Terimalah buah tanganku
Sekadarnya yang aku mampu
Buatmu ayah dan juga ibu
Tanda ingatan kasihku
Meriahnya suasana desa
Semuanya ramah dan mesra
Dimanakah teman-teman lama
Bertahun tidak bersua
Ketika kenduri kendara
Sekampung bagai berpesta
Bertolong Bantu jiran tetangga
Beramai makan bersama
Berzanji di surau lama
Tak sedar hari dah senja
Begini caranya kemesraan desa
Moga kekal selamanya
Sedang asyik bercerita
Melintas si gadis desa
Manis senyumannya bertudung kepala
Anak saudara sendiri rupanya
Bergurau teruna dara
Pastikan ada batasnya
Adat kesopanan dan budaya bangsa
Agar agama terpelihara
Selengkapnya...
"AIR MATA RINDU TUK SANG KEKASIH ILAHI TERCINTA" Catatan:Vicky"Papanya Gabriel"
Langit Madinah kala itu mendung. Bukan mendung biasa, tetapi mendung yang kental dengan kesuraman dan kesedihan. Seluruh manusia bersedih, burung-burung enggan berkicau, daun dan mayang kurma enggan melambai, angin enggan berhembus, bahkan matahari enggan nampak. Seakan-akan seluruh alam menangis, kehilangan sosok manusia yang diutus sebagai rahmat sekalian alam. Di salah satu sudut Masjid Nabawi, sesosok pria yang legam kulitnya menangis tanpa bisa menahan tangisnya.
-----
Waktu shalat telah tiba. Bilal bin Rabah, pria legam itu, beranjak menunaikan tugasnya yang biasa: mengumandangkan adzan.
Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Suara beningnya yang indah nan lantang terdengar di seantero Madinah. Penduduk Madinah beranjak menuju masjid. Masih dalam kesedihan, sadar bahwa pria yang selama ini mengimami mereka tak akan pernah muncul lagi dari biliknya di sisi masjid.
Asyhadu anla ilaha illallah, Asyhadu anla ilaha ilallah.
Suara bening itu kini bergetar. Penduduk Madinah bertanya-tanya, ada apa gerangan. Jamaah yang sudah berkumpul di masjid melihat tangan pria legam itu bergetar tak beraturan.
Asy...hadu.. an..na.. M..Mu..mu..hammmad. ..
Suara bening itu tak lagi terdengar jelas. Kini tak hanya tangan Bilal yang bergetar hebat, seluruh tubuhnya gemetar tak beraturan, seakan-akan ia tak sanggup berdiri dan bisa roboh kapanpun juga. Wajahnya sembab. Air matanya mengalir deras, tidak terkontrol. Air matanya membasahi seluruh kelopak, pipi, dagu, hingga jenggot. Tanah tempat ia berdiri kini dipenuhi oleh bercak-bercak bekas air matanya yang jatuh ke bumi. Seperti tanah yang habis di siram rintik-rintik air hujan.
Ia mencoba mengulang kalimat adzannya yang terputus. Salah satu kalimat dari dua kalimat syahadat. Kalimat persaksian bahwa Muhammad bin Abdullah adalah Rasul ALLAH.
Asy...ha..du. .annna...
Kali ini ia tak bisa meneruskan lebih jauh. Tubuhnya mulai limbung. Sahabat yang tanggap menghampirinya, memeluknya dan meneruskan adzan yang terpotong.
Saat itu tak hanya Bilal yang menangis, tapi seluruh jamaah yang berkumpul di Masjid Nabawi, bahkan yang tidak berada di masjid ikut menangis. Mereka semua merasakan kepedihan ditinggal Kekasih ALLAH untuk selama-lamanya. Semua menangis, tapi tidak seperti Bilal. Tangis Bilal lebih deras dari semua penduduk Madinah. Tak ada yang tahu persis kenapa Bilal seperti itu, tapi Abu Bakar ash-Shiddiq ra. tahu. Ia pun membebastugaskan Bilal dari tugas mengumandangkan adzan.
Saat mengumandangkan adzan, tiba-tiba kenangannya bersama Rasulullah SAW berkelabat tanpa ia bisa membendungnya. Ia teringat bagaimana Rasulullah SAW memuliakannya di saat ia selalu terhina, hanya karena ia budak dari Afrika. Ia teringat bagaimana Rasulullah SAW menjodohkannya. Saat itu Rasulullah meyakinkan keluarga mempelai wanita dengan berkata, ”Bilal adalah pasangan dari surga, nikahkanlah saudari perempuanmu dengannya." Pria legam itu terenyuh mendengar sanjungan Sang Nabi akan dirinya, seorang pria berkulit hitam, tidak tampan, dan mantan budak.
Kenangan-kenangan akan sikap Rasul yang begitu lembut pada dirinya berkejar-kejaran saat ia mengumandangkan adzan. Ingatan akan sabda Rasul, ”Bilal, istirahatkanlah kami dengan shalat.” lalu ia pun beranjak adzan, muncul begitu saja tanpa ia bisa dibendung. Kini tak ada lagi suara lembut yang meminta istirahat dengan shalat.
Bilal pun teringat bahwa ia biasanya pergi menuju bilik Nabi yang berdampingan dengan Masjid Nabawi setiap mendekati waktu shalat. Di depan pintu bilik Rasul, Bilal berkata, ”Saatnya untuk shalat, saatnya untuk meraih kemenangan. Wahai Rasulullah, saatnya untuk shalat.” Kini tak ada lagi pria mulia di balik bilik itu yang akan keluar dengan wajah yang ramah dan penuh rasa terima kasih karena sudah diingatkan akan waktu shalat.
Bilal teringat, saat shalat ’Ied dan shalat Istisqa’ ia selalu berjalan di depan Rasulullah dengan tombak di tangan menuju tempat diselenggarakan shalat. Salah satu dari tiga tombak pemberian Raja Habasyah kepada Rasulullah SAW. Satu diberikan Rasul kepada Umar bin Khattab ra., satu untuk dirinya sendiri, dan satu ia berikan kepada Bilal. Kini hanya tombak itu saja yang masih ada, tanpa diiringi pria mulia yang memberikannya tombak tersebut. Hati Bilal makin perih.
Seluruh kenangan itu bertumpuk-tumpuk, membuncah bercampur dengan rasa rindu dan cinta yang sangat pada diri Bilal. Bilal sudah tidak tahan lagi. Ia tidak sanggup lagi untuk mengumandangkan adzan.
Abu Bakar tahu akan perasaan Bilal. Saat Bilal meminta izin untuk tidak mengumandankan adzan lagi, beliau mengizinkannya. Saat Bilal meminta izin untuk meninggalkan Madinah, Abu Bakar kembali mengizinkan. Bagi Bilal, setiap sudut kota Madinah akan selalu membangkitkan kenangan akan Rasul, dan itu akan semakin membuat dirinya merana karena rindu. Ia memutuskan meninggalkan kota itu. Ia pergi ke Damaskus bergabung dengan mujahidin di sana. Madinah semakin berduka. Setelah ditinggal al-Musthafa, kini mereka ditinggal pria legam mantan budak tetapi memiliki hati secemerlang cermin.
----
Jazirah Arab kembali berduka. Kini sahabat terdekat Muhammad SAW, khalifah pertama, menyusulnya ke pangkuan Ilahi. Pria yang bergelar Al-Furqan menjadi penggantinya. Umat Muslim menaruh harapan yang besar kepadanya.
Umar bin Khattab berangkat ke Damaskus, Syria. Tujuannya hanya satu, menemui Bilal dan membujuknya untuk mengumandangkan adzan kembali. Setelah dua tahun yang melelahkan; berperang melawan pembangkang zakat, berperang dengan mereka yang mengaku Nabi, dan berupaya menjaga keutuhan umat; Umar berupaya menyatukan umat dan menyemangati mereka yang mulai lelah akan pertikaian. Umar berupaya mengumpulkan semua muslim ke masjid untuk bersama-sama merengkuh kekuatan dari Yang Maha Kuat. Sekaligus kembali menguatkan cinta mereka kepada Rasul-Nya. Umar membujuk Bilal untuk kembali mengumandangkan adzan.
Bilal menolak, tetapi bukan Umar namanya jika khalifah kedua tersebut mudah menyerah. Ia kembali membujuk dan membujuk. ”Hanya sekali”, bujuk Umar. ”Ini semua untuk umat. Umat yang dicintai Muhammad, umat yang dipanggil Muhammad saat sakaratul mautnya. Begitu besar cintamu kepada Muhammad, maka tidakkah engkau cinta pada umat yang dicintai Muhammad?”
Bilal tersentuh. Ia menyetujui untuk kembali mengumandangkan adzan. Hanya sekali, saat waktu Subuh..
Hari saat Bilal akan mengumandangkan adzan pun tiba. Berita tersebut sudah tersiar ke seantero negeri. Ratusan hingga ribuan kaum muslimin memadati masjid demi mendengar kembali suara bening yang legendaris itu.
Allahu Akbar, Allahu Akbar
Asyhadu anla ilaha illallah, Asyhadu anla ilaha illallah
Asyhadu anna Muhammadarrasululla h
Sampai di sini Bilal berhasil menguatkan dirinya. Kumandang adzan kali itu beresonansi dengan kerinduan Bilal akan Sang Rasul, menghasilkan senandung yang indah lebih indah dari karya maestro komposer ternama masa modern mana pun jua. Kumandang adzan itu begitu menyentuh hati, merasuk ke dalam jiwa, dan membetot urat kerinduan akan Sang Rasul. Seluruh yang hadir dan mendengarnya menangis secara spontan.
Asyhadu anna Muhammadarrasululla h
Kini getaran resonansinya semakin kuat. Menghanyutkan Bilal dan para jamaah di kolam rindu yang tak berujung. Tangis rindu semakin menjadi-jadi. Bumi Arab kala itu kembali basah akan air mata.
Hayya ’alash-shalah, hayya ’alash-shalah
Tak ada yang tak mendengar seruan itu kecuali ia berangkat menuju masjid.
Hayya ‘alal-falah, hayya ‘alal-falah
Seruan akan kebangkitan dan harapan berkumandang. Optimisme dan harapan kaum muslimin meningkat dan membuncah.
Allahu Akbar, Allahu Akbar
Allah-lah yang Maha Besar, Maha Perkasa dan Maha Berkehendak. Masihkah kau takut kepada selain-Nya? Masihkah kau berani menenetang perintah-Nya?
La ilaha illallah
Tiada tuhan selain ALLAH. Jika engkau menuhankan Muhammad, ketahuilah bahwa ia telah wafat. ALLAH Maha Hidup dan tak akan pernah mati.
----
Tahun 20 Hijriah. Bilal terbaring lemah di tempat tidurnya. Usianya saat itu 70 tahun. Sang istri di sampingnya tak bisa menahan kesedihannya. Ia menangis, menangis dan menangis. Sadar bahwa sang suami tercinta akan segera menemui Rabbnya.
”Jangan menangis,” katanya kepada istri. ”Sebentar lagi aku akan menemui Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatku yang lain. Jika ALLAH mengizinkan, aku akan bertemu kembali dengan mereka esok hari.”
Esoknya ia benar-benar sudah dipanggil ke hadapan Rabbnya. Pria yang suara langkah terompahnya terdengar sampai surga saat ia masih hidup, berada dalam kebahagiaan yang sangat. Ia bisa kembali bertemu dengan sosok yang selama ini ia rindukan. Ia bisa kembali menemani Rasulullah, seperti sebelumnya saat masih di dunia.
----)(----
Moga selalu bisa diambil hikmahnya...
PHILOSOFI HIDUP UNIVERSAL
Selengkapnya...
"TEMAN"
Jadikan ini sebuah renungan dan pelajaran… Semoga bermanfaat…
Di suatu daerah hiduplah seorang anak dalam keluarga yang bahagia bersama dengan orang tua dan sanak saudaranya. Dan dia selalu menganggap itu sesuatu yang wajar saja.
Dia bisa bebas bermain, mengganggu adik dan kakaknya, dan membuat masalah bagi orang lain adalah kesukaannya. Ketika menyadari kesalahannya dan mau minta maaf, dia selalu berkata, “Tidak apa-apa, besok kan bisa”.
Ketika agak besar, sekolah sangat menyenangkan baginya. Dia belajar, mendapat teman, dan sangat bahagia. Semua itu begitu saja dijalaninya sehingga dia merasa bahwa hal itu memang sudah sewajarnya.
Suatu hari, dia berkelahi dengan teman baiknya. Walaupun dia tahu itu salah, tapi tidak pernah mengambil inisiatif untuk meminta maaf dan berbaikan dengan teman baiknya. Alasannya, “Tidak apa-apa, besok kan bisa”.
Ketika dia agak besar lagi, teman baiknya tadi bukanlah temannya lagi. Walaupun dia masih sering melihat temannya itu tapi itu bukanlah masalah karena dia masih punya banyak teman baik yang lainnya. Dia dan teman-temannya melakukan segala sesuatu bersama-sama, bermain, mengerjakan PR, dan jalan-jalan. Ya, mereka semua teman-teman yang paling baik.
Setelah lulus, kerja membuatnya sibuk. Dia bertemu dengan seorang cewek yang sangat cantik dan baik. Cewek ini kemudian menjadi pacarnya.
Dia begitu terhanyut dengan pekerjaannya karena dia ingin dipromosikan ke posisi paling tinggi dalam waktu yang sesingkat mingkin. Tentu, dia rindu untuk bertemu teman-temannya tapi dia tidak pernah lagi menghubungi mereka, sekalipun hanya melalui telepon. Dia selalu berkata, “Ah, aku capek, besok saja aku menghubungi mereka”. Ini tidak terlalu mengganggu dia karena dia punya teman-teman sekerja yang selalu mau diajak keluar. Jadi waktupun berlalu, dan dia lupa sama sekali untuk menelpon teman-temannya.
Setelah dia menikah dan punya anak, dia bekerja lebih keras lagi agar dapat membahagiakan keluarganya. Begitu sibuknya dia sehingga dia bahkan tidak pernah lagi ada waktu untuk membeli bunga atau hadiah lain untuk istrinya ataupun mengingat hari ulang tahun istrinya dan juga hari pernikahan mereka. Itu tidak menjadi masalah baginya karena istrinya selalu mengerti dia dan tidak pernah menyalahkannya.
Tentu, kadang-kadang dia merasa bersalah dan sangat ingin punya kesempatan tapi dia tidak pernah sungguh-sungguh mengupayakannya. Alasannya, “Tidak apa-apa, besok saya pasti masih bisa melakukannya” .. Dia tidak pernah sempat datang ke pesta ulang tahun anak-anaknya, dan dia tidak tahu bahwa ini akan berpengaruh terhadap perkembangan anak-anaknya. Anak-anak mulai menjauhinya dan tidak pernah benar-benar menghabiskan waktu mereka dengan ayahnya.
Suatu hari, kemalangan datang ketika istrinya tewas dalam kecelakaan, istrinya ditabrak lari. Ketika kejadian itu terjadi, dia sedang mengikuti rapat. Dia tidak sadar bahwa itu adalah kecelakaan yang fatal dan dia baru tiba di rumah sakit saat istrinya sudah hampir dijemput maut. Dan sebelum dia sempat berkata, “Aku cinta kamu”, istrinya telah meninggal dunia.
Laki-laki itu remuk hatinya dan mencoba menghibur diri dengan mendekatkan diri kepada anak-anaknya setelah kematian istrinya, tapi dia baru sadar bahwa anak-anaknya tidak mau (tidak terbiasa) berkomunikasi dengannya.
Segera, anak-anaknya tumbuh dewasa dan membangun keluarga mereka masing-masing. Tidak ada yang peduli dengan orang tua ini, yang di masa lalunya tidak pernah meluangkan waktu untuk mereka.
Saat mulai renta, dia pindah ke rumah jompo yang terbaik, yang menyediakan pelayanan sangat baik. Dia menggunakan uang yang semula disimpannya untuk perayaan ulang tahun pernikahan ke 50, 60 dan 70.
Semula uang itu akan dipakainya untuk pergi ke Hawaii, New Zealand dan negara-negara lainnya bersama istrinya tapi kini dipakainya untuk membayar biaya tinggal di rumah jompo tersebut. Sejak itu sampai dia meninggal, dia hanya ditemani oleh orang-orang tua sesama penghuni panti dan suster yang merawatnya.
Kini dia merasa sangat kesepian, perasaan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Saat mau meninggal, dia memanggil seorang suster dan berkata kepadanya, “Ah, andai saja aku menyadari ini dari dulu……” Kemudian perlahan-lahan ia menghembuskan napas terakhir, dan dia meninggal dunia dengan air mata dipipinya.
Apa yang saya ingin coba katakan pada anda, waktu itu tidak pernah berhenti. Anda terus maju dan maju, dan sebelum benar-benar menyadari, anda ternyata telah maju terlalu jauh. Jika anda pernah bertengkar, segeralah berbaikan dan jika kamu merasa ingin mendengar suara temanmu, jangan ragu-ragu untuk meneleponnya segera.
Terakhir… tapi ini yang paling penting, jika kamu merasa ingin mengatakan kepada seseorang bahwa kamu menyayangi dia, jangan tunggu sampai terlambat. Jika kamu terus berpikir bahwa masih ada hari esok untuk memberitahu, sadarlah bahwa mungkin hari tersebut tidak akan datang. Jika kamu selalu berpikir bahwa besok akan datang, maka “besok” akan pergi dengan begitu cepatnya hingga kamu baru menyadarinya ketika kesempatan itu telah meninggalkanmu.
M Sofyan Lubis
Selengkapnya...
Rabu, 09 Juni 2010
Ketika Hubungan Cinta Tidak di Restui Orang Tua
Jatuh cinta dan memiliki seorang pacar memang menyenangkan dan bisa membuat hidup kita lebih indah dan tentunya lebih bersemangat lagi untuk menjalani hari demi hari demi. Tapi tidak semua kisah cinta itu berjalan mulus, selalu ada saja yang menghalangi atau bahkan membuat kisah cinta kita jadi lebih sulit untuk dijalani. Dan mungkin yang paling sering terjadi adalah ketika orang tua tidak setuju atas hubungan cinta kita? Orang tua kita tidak mau menerima pilihan hati kita dan membenci orang yang jadi pacar kita. Bila anda pernah mengalami seperti hal seperti ini, dimana hubungan cinta kita tidak mendapat restu dari orang tua, jangan kecil hati dulu dan jangan terburu-buru mengambil langkah yang bisa jadi, justru akan merugikan kehidupan kita.
Ketika orang tua tidak merestui hubungan kita, ada baiknya anda melakukan lagi cek dan rechek atas permasalahan yang sedang dihadapi, dan anda harus siap melihat dan menerima sisi baik maupun sisi buruk dari masalah ini.
Cek Motivasi Hubungan Cinta ini
Yang pertama kali harus kita lakukan adalah mengetahui dulu motivasi apa yang menyebabkan kita memilih dia menjadi pacar kita? Apa tujuan dari hubungan yang kita jalin. Apakah tujuan kita memilih dia itu hanya untuk sekedar gila-gilaan, biar lebih dipandang sebagai ce/co gaul, atau mungkin ada motivasi lain yang lebih tinggi, misal karena kita menginginkan dia jadi istri/suami kita? Dengan mengetahui motivasi sebenarnya dari sebuah hubungan, kita bakal lebih mengetahui apakah kita emangbenar-benar cinta sama dia? atau justru cinta yang kita rasakan ini cuma sekedar perasaan kagum sesaat saja? Atau malah yang parah lagi bila kita memilih dia, cuma ingin teman-teman kita memandang kita hebat karena bisa mendapatkan dia, yang notabene ce/co idaman? Nah, bila kita telah mengetahui apa sebenarnya motivasi dari hubungan cinta kita, dijamin kita bakal lebih mudah untuk menghadapi ketidaksetujuan dari orang tua kita.
Apakah ini Benar-Benar Cinta?
Sekali lagi, tanya pada diri kita sendiri, apakah yang kita rasakan ini adalah benar-benar cinta? Apakah emang kita benar-benar sayang sama dia? Saat kita jatuh cinta pada seseorang, kita akan selalu memandang semua hal itu mungkin dan bisa dilakukan. Dengan kekuatan cinta, kita bisa lebih bersemangat, apa yang tadinya terasa tidak mungkin menjadi mungkin. Tapi ketika tiba-tiba orang tua tidak setuju dengan hubungan kita, maka akan dengan mudahnya kita menyalahkan mereka, dan menganggap mereka tidak mengerti dengan perasaan yang kita alami.
Apa Motivasi dari ketidaksetujuan Orang Tua
Langkah berikutnya adalah mengetahui apa motivasi dibalik ketidaksetujuan orang tua atashubungan cinta kita. Cari tahu latar belakang dari kehidupan orang tua kita dan kemudian kita bandingkan dengan latar belakang dari pacar kita, karena biasanya perbedaan latar belakang seringkali menjadi penyebab utama dari ketidaksetujuan orang tua. Ada banyak alasan yang bisa menyebabkan orang tua tidak merestui hubungan kita, dan itu semua harus kita cari tahu apa motivasi dari alasan-alasan tersebut.
Jika Orang Tua Kita Ternyata Salah
Orang tua juga manusia, tidak selamanya mereka selalu benar. Bila ternyata ketidaksetujuan mereka lebih dilatar belakangi karena masalah racis (perbedaan suku, warna kulit dst), kelas sosial, atau bahkan perbedaan pekerjaan (misal dia kurang mapan dibandingkan dengan kita). Bila itu semua yang menjadi alasan, maka sudah selayaknya kita berjuang mempertahankan hubungan cinta kita dan tidak begitu saja menyerah dan setuju dengan ketidaksetujuan orang tua kita. Orang tua mungkin merasa khawatir bila ternyata hubungan cinta kita justru akan membuat kita sengsara, atau membuat kita dikucilkan dari pergaulan masyarakat. Dan terkadang orang tua mempergunakan “aturan” atau “tata sosial” zaman dulu, yang terkadang kurang relevan dengan keadaan zaman sekarang.
Bila ternyata semua ini yang menjadi penyebab ketidaksetujuan orang tua kita, maka sudah sewajarnya kita bisa memberikan argumen yang tepat pada mereka untuk mempertahankan hubungan cinta kita. Bagaimanapun ketidaksetujuan yang disebabkan karena masalah rasis, kelas sosial sangat tidak bisa dibenarkan, meskipun itu semua datang dari orang tua kita sendiri.
Jika Orang Tua Kita Ternyata Benar
Tidak ada yang lebih mengenal kita, selain orang tua kita. Bahkan orang tua lebih tahu dan mengerti pada diri kita dibandingkan kita sendiri. Dan mungkin saja, karena kita sedang dibutakan oleh yang namanya cinta, hingga apa yang dilihat sebagai sisi buruk oleh orang tua kita justru kita tidak bisa menyadarinya. Yang kita lihat hanya sisi baik dan pandangan bahwa cinta itu selalu indah. Kita harus ingat, orang tua sangat menyayangi kita dan mereka menginginkan supaya kita bisa bahagia dalam hidup ini. Jadi ketika mereka melihat sesuatu yang tidak beres dan merugikan, dalam hubungan cinta kita, tentu saja mereka bakal dengan tegas menolak dan tidak merestui hubungan kita.
Jika orang kita ternyata pernah mendengar bahkan tahu bahwa pacar kita tersebut punya perilaku yang buruk, dan mereka mengkhawatirkan kita bakal dilukai oleh pacar kita, tentu ada baiknya bila kita mencoba mendengarkan mereka, karena mungkin saja mereka ada benarnya. Jika kita mulai berlaku liar, dan hidup kita mulai kacau, (misal kita mulai mempergunakan obat-obatan terlarang, minuman keras) karena pengaruh pacar kita, orang tua sudah pasti sangat tidak setuju dengan hubungan kita. Dan orang tua juga bakal tidak merestui, bila ternyata selama menjalin hubungan cinta, prestasi kuliah kita mulai menurun, atau kita mulai kehilangan sahabat dan teman kita. Sudah waktunya kita mendengarkan orang tua dan menghentikan hubungan cinta kita. Bagaimanapun, sebuah hubungan cinta yang terlalu banyak mengorbankan dan merugikan kehidupan pribadi kita, sudah merupakan sesuatu yang tidak menyehatkan bagi kelangsungan hidup kita.
Menemukan Jalan Keluar
Seperti dikatakan di awal tadi, cinta itu indah dan bisa membuat hidup lebih bersemangat dan lebih baik. Bila ternyata cinta yang kita jalani sekarang ini memang benar-benar membuat hidup kita lebih baik, lebih nyaman, dan pacar kita benar-benar sayang sama kita dan memberikan efek positif pada kehidupan kita, sudah sewajarnya kita mempertahankan hubungan cinta ini, meskipun orang tua tidak setuju.
Tapi ketika hubungan cinta dirasakan mulai “membahayakan” kehidupan pribadi kita, ada baiknya kita berpikir ulang, apakah perlu kita mempertahankan cinta ini? Perlu diingat baik-baik, kita tidak harus kehilangan hidup kita hanya karena kita jatuh cinta dan membina sebuah hubungan. Keluarga, teman dan kuliah atau sekolah kita, masih sangat penting bagi kehidupan kita. Membina sebuah hubungan cinta, tidak berarti bahwa kita mesti kehilangan itu semua. Bila kita mulai merasakan bahwa kita mulai kehilangan hidup kita, sudah waktunya kita berpikir untuk mengakhiri hubungan cinta ini.
Orang tua selalu mengharapkan yang terbaik buat kita, hadapilah ketidaksetujuan orang tua dengan kepala dingin dan sikap yang kooperatif. Boleh jadi mereka tidak suka dengan pacar kita, tapi suatu hari nanti mereka pasti akan bisa menerima hubungan cinta kita, bila kita mampu membuktikan bahwa apa yang kita lakukan bisa membuat kehidupan kita lebih baik dan lebih indah untuk dijalani.
Selamat Jatuh Cinta!
Selengkapnya...
Antara Cinta dengan Persahabatan
Dua sisi yang saling berkaitan satu dengan lainnya.
Ya, antara Cinta dengan Persahabatan.
Mampukah anda membayangkan Persahabatan tanpa Cinta?
Persahabatan dan Cinta adalah teman terbaik kerana dimana ada Cinta, Persahabatan selalu berada disampingnya. Dan dimana Persahabatan berada, Cinta selalu tersenyum ceria dan tidak pernah meninggalkan Persahabatan.Pada suatu hari, Persahabatan mula berpikir bahwa Cinta telah membuat dirinya tidak mendapat perhatian lagi karena Persahabatan menganggap Cinta lebih menarik daripada dirinya.
?Hhem mm mm? Seandainya tidak ada Cinta, mungkin aku akan menjadi lebih terkenal, dan lebih banyak orang memberi perhatian kepadaku.? pikir si Persahabatan. Sejak hari itu, Persahabatan memusuhi Cinta. Ketika Cinta bermain bersama Persahabatan seperti selalu, Persahabatan akan menjauhi Cinta. Apabila Cinta bertanya kenapa Persahabatan menjauhi dirinya, Persahabatan hanya memalingkan wajahnya dan beredar pergi meninggalkan Cinta.
Kesedihan pun menghampiri Cinta dan Cinta tidak sanggup menahan air matanya dan menangis. Kesedihan hanya dapat termangu memandang Cinta yang kehilangan teman baiknya. Beberapa hari tanpa Cinta, Persahabatan mulai bergaul rapat dengan Kecewa, Putus asa, Kemarahan dan Kebencian.
Persahabatan mulai kehilangan sifat manisnya dan orang-orang mulai tidak menyukai Persahabatan. Persahabatan mulai dijauhi dan tidak lagi disukai.Walaupun Persahabatan cantik, tetapi sifatnya mulai memuakkan.Persahabatan menyadari bahwa dirinya tidak lagi disukai lantaran banyak orang yang menjauhinya. Persahabatan mulai menyesali keadaannya, dan saat itulah Kesedihan melihat Persahabatan, dan menyampaikan kepada Cinta bahwa Persahabatan sedang dalam kedukaan.
Dengan segera Cinta berlari dan menghampiri Persahabatan. Saat Persahabatan melihat Cinta menghampiri dirinya, dengan air mata yang berlinang Persahabatan pun meluapkan seribu penyesalannya meninggalkan Cinta.
Dipendekkan cerita, Persahabatan dan Cinta kembali menjadi teman baik. Persahabatan kembali kepada pribadi yang menyenangkan dan Cinta pun kembali tersenyum ceria. Semua orang melihat kembali kedua teman baik itu sebagai berkat dan anugerah dalam kehidupan.
Moral:
Mampukah Persahabatan tanpa Cinta?
Mampukah Cinta tanpa Persahabatan?
Sering kali ditemui banyak orang yang coba memisahkan Persahabatan dan Cinta karena mereka berfikir, ?Kalau Persahabatan sudah disulami dengan Cinta, pasti akan jadi sulit!?. Terutama bagi mereka yang menjalin persahabatan antara seorang pria dan wanita.
Persahabatan merupakan bentuk hubungan yang indah antara manusia, di mana Cinta hadir untuk memberikan senyumnya dan mewarnai Persahabatan. Tanpa Cinta, Persahabatan mungkin akan diisi dengan Kecewa, Benci, Marah dan berbagai hal yang membuat Persahabatan tidak lagi indah. Berhentilah membuat batas antara Cinta dan Persahabatan, biarkan mereka tetap menjadi Teman baik. Yang harus diluruskan adalah Cinta bukanlah perusak Persahabatan, Cinta memperindah persahabatan anda.
Seringkali Cinta cuma dijadikan kambing hitam sebagai perusak sebuah persahabatan. SALAH BESAR !!! Seharusnya dengan adanya Cinta, persahabatan akan semakin menyenangkan. Buat teman-teman yang sedang menjalin Persahabatan. Penuhilah persahabatanmu dengan Cinta, berikanlah Cinta yang terbaik untuk sahabatmu.
Buat teman-teman yang sedang mengalami guncangan dalam persahabatan, jangan salahkan Cinta! Tetapi cobalah perbaiki persahabatanmu dengan cinta karena cinta akan menutupi segala kesalahan, mengampuni dengan mudah dan membuat segala sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Buat teman-teman yang belum mengerti arti Persahabatan, cobalah memulai sebuah persahabatan. Dengan persahabatan kalian akan semakin dewasa, tidak egois dan belajar untuk mengerti bahwa segala sesuatu tidak selalu terjadi sesuai dengan keinginan kita.
Buat teman-teman yang sedang kecewa dengan Persahabatan. Renungkanlah;?
Apakah saya sudah menjalani Persahabatan dengan benar??
Dan cobalah memahami arti persahabatan buat hidupmu. Keinginan, semangat, pengertian, kematangan, kelemahlembutan dan segala hal yang baik akan engkau temui dalam persahabatan.
Note : Dari seorang teman yang jauh di sana….
Selengkapnya...
Senin, 07 Juni 2010
Cinta yang membebaskan
memberi. Memberi apa saja yang diperlukan oleh orang yang kita cintai untuk tumbuh menjadi lebih baik dan berbahagia karenanya. Cinta itu indah , karena ia bekerja dalam ruang kehidupan yang luas. Dan inti pekerjaannya adalah
Cinta … Laksana badai topan kau tak melihatnya, tapi kau merasakannya. Ia begitu dahsyat sampai kadang tidak dapat ditembus oleh pikiran yang paling sehatpun. Itulah cinta , ia harus jadi kata tanpa benda, ia ditakdirkan menjadi makna paling santun yang menyimpan kekuatan besar. Cinta adalah kata pertama yang menghiasi cakrawala aksara, nama untuk beragam perasaan, muara bagi ribuan makna, wakil dari sebuah kekuatan tanpa tanding.
Tapi bukan itu yang akan saya bahas dalam hal ini, saya hanya mencoba memanajemen cinta itu dengan menggunakan bingkai versi saya yang mungkin sangat sulit disebut The great thinking, tapi berharap mempunyai makna yang dalam minimal untuk diri sendiri., agar cinta tidak keluar dari jalurnya sendiri.
Para pecinta sejati hanya mengenal satu pekerjaan besar dalam kehidupan mereka : Memberi, dan selamanya begitu. Menerima? Mungkin, atau bisa juga jadi pasti! Tapi itu efek , hanya efek. Efek dari apa yang mereka berikan. Seperti cermin kebajikan yang memantulkan kebajikan yang sama. Sebab adalah sebuah hakikat dialam kebajikan bahwa setiap satu kebajikan akan mengajak saudara-saudara kebajikan yang lain untuk ikut dilakukan juga.
Itu juga yang membedakan para pecinta sejati dengan para pecinta palsu. Kalau kamu mencintai seseorang dengan tulus , maka ukuran ketulusanmu adalah apa yang kamu berikan padanya untuk membuat kehidupannya menjadi lebih baik. Maka kamu adalah air, maka kamu adalah matahari, ia tumbuh dan berkembang dari siraman airmu, ia besar dan berbuah dari sinar cahayamu.
Para pecinta sejati tidak suka berjanji, tapi begitu mereka memutuskan untuk mencintai seseorang, mereka segera membuat rencana memberi. Setelah itu mereka bekerja dalam diam dan sunyi untuk mewujudkan rencana-rencana mereka. Janji menerbitkan harapan , tapi pemberian melahirkan kepercayaan.
Kalau intinya cinta adalah memberi, maka pemberian pertama seorang pecinta sejati adalah perhatian. Kalau kamu mencintai seseorang kamu harus memberikan perhatian penuh kepada orang itu. Perhatian yang lahir dari lubuk hati yang paling dalam. Perhatian adalah pemberian jiwa, semacam penampakan emosi yang kuat dari keinginan baik kepada orang yang kita cintai.
Orang-orang yang seringkali hanya mengambil bagian tengah dari cinta : Emosi. Dalam kehidupan mereka cinta adalah gumpalan perasaan yang romantis dan penuh keindahan. Mereka bahkan seringkali bisa memutuskan untuk mempertahankan suatu penderitaan karena mereka menikmati romantikanya : hidup di gubuk derita, makan sepiring berdua. Mereka itu melankolik, karenanya kehidupan cinta mereka tidak berkembang.
Cinta adalah sebuah totalitas. Disana gagasan, Emosi dan tindakan bergabung jadi satu kesatuan yang utuh dan bekerja bersama untuk kebaikan dan kebahagiaan orang-orang yang kita cintai. Orang-orang dengan kepribadian yang lembek tidak bisa mencintai dengan kuat. Para pecinta sejati selalu datang dari orang-orang dengan kepribadian yang kuat dan tangguh.. Mereka yang ingin menjadi pecinta sejati harus lebih dulu membenahi dan mengembangkan kepribadiannya. Menggagas bagaimana orang yang kita cintai tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik. Mempertahankan “ keinginan baik “ kepada orang yang kita cintai secara konstan dan terus menerus melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk membahagiakan mereka, hanya punya satu makna : Itu pekerjaan orang kuat. Cinta adalah pekerjaan orang kuat. Dan kekuatan seorang pecinta sejati adalah mereka pemerhati yang serius. Mereka memperhatikan orang yang mereka cintai secara intens dan menyeluruh. Mereka berusaha memahami latar belakang kehidupannya dan menyelidiki seluk beluk kehidupan hatinya, mencoba menemukan karakter jiwanya. Itu tidak berarti bahwa pecinta sejati mengintervensi kehidupan pribadi mereka dan mengatur kehidupannya secara paksa atas nama Cinta. Tidak!! Yang dilakukan pecinta sejati adalah menginspirasi orang yang dicintainya untuk meraih kehidupan yang paling bermutu yang mungkin ia dapat raih dengan keseluruhan potensi yang ia miliki.
Yang ingin saya tegaskan sekali lagi disini adalah semua pekerjaan jiwa tersebut harus dilakukan dengan tulus, artinya tanpa mengharap balasan . Kita melakukannya atas nama Cinta yang pemahamannya luas, bukan cinta sempit yang berpikiran rumit. Disana hanya ada Emosi dan nafsu.
Jadi bebaskanlah cinta sebebas cinta itu sendiri. Cinta yang membebaskan, karena cinta memang tidak butuh tali. Seperti kata Gibran “ Aku mencintaimu dengan bebas, jadi kapanpun kau ingin berlabuh, disana senyumku selalu menunggumu”. Pecinta sejati hanya memberikan cinta sejatinya kepada yang maha Agung. Seharusnya cinta berawal dan berakhir pada Allah, maka cinta pada yang lain hanyalah upaya merealisasikan cinta pada-NYA. Saya punya sebuah kisah sepasang suami istri yang menikah atas dasar cinta kepada Allah, pada saat awal pernikahan mereka sang suami berkata “ Aku tidak mempunyai apa-apa yang patut dibanggakan tapi aku punya tanggung jawab untuk tidak menyia-nyiakanmu, aku menghitung ini semua sebagai investasi akhiratku dihadapan Allah. Ingatlah kita sedang membangun peradaban, kita mengemban misi dakwah dengan pernikahan ini.” Sang suami menatap dalam mata istrinya. “ Aku tidak memilihmu karena apa-apa, aku hanya yakin engkau dapat membawaku menghadap Allah, aku berusaha mampu memberikan semua yang kau perlukan untuk investasi itu “. Jawab sang istri sambil memainkan cincin perkawinannya.. “ Baiklah ini Visi kita, pelayaranpun baru kita mulai, akan banyak badai didepan. Bantu aku menghadapinya.” Mereka tersenyum penuh makna.
Hal pertama yang harus kita lakuakn adalah jangan mengharap sesuatu saat kita memberikan cinta kepada orang lain, ingatlah bahwa konteks kecintaan kita adalah kecintaan sejati pada Allah, bukan duniawi, karena cinta duniawi bersifat egois dan cenderung menipu, cinta yang hanya mementingkan diri sendiri, cinta yang terbangun oleh obsesi ingin memiliki. Cinta dijadikan spekulasi, mencintai harus saling memiliki.Cinta seperti ini amat berbahaya, orang yang gagal dalam percintaan konteks ini setidaknya akan mengalami dua hal. Pertama : Penghancuran diri sendiri, seperti stress, menyiksa diri dan akhirnya Harakiri. Kedua : Menghancurkan obyek yang dicintai, dengan tujuan agar orang tersebut mengalami penderitaan yang sama. Cinta seperti ini tidak bisa disebut cinta., yang seharusnya bila kita mencintai adalah kita mempunyai hati yang besar untuk dapat menampung cinta orang yang kita cintai kepada orang lain. Dengan begitu maka akan timbul pertanyaan : sebesar apakah hati yang dapat menampung cinta di seluruh semesta ini ?…” Sebesar cinta itu sendiri “.
Jazakumullah Khairan Katsiro
That’s my best regard for you
(diambil dari sebuah milis......)
Selengkapnya...
potret Kehidupan anak jalanan
sampai kapan kehidupan ini terus dialami oleh mereka,, sudah tegakkah undang-undang yang mengarah tentang perlindungan mereka...??
Selengkapnya...